Sudah sempat aku cerita soal awal pindahan, tapi memang belum pernah cerita: kenapa sih kami sekeluarga akhirnya pindah ke UK?
Kebetulan saat lagi ramai tagar #KaburAjaDulu, kami benar-benar ‘kabur’—dengan alasan yang baik, tentu. Di penghujung 2024, datang kabar gembira untuk keluarga kecil kami: Ayah Arga akhirnya lolos sebagai penerima beasiswa LPDP untuk studi PhD.
Prosesnya nggak instan. Mundur jauh dari timeline awal, dengan usaha berkali-kali yang akhirnya berbuah hasil. Tapi aku percaya, rencana Allah selalu datang di waktu yang paling tepat. Harus pindah ke Baubau dulu sebelumnya mungkin jadi semacam pemanasan bagiku—belajar jauh dari kota kelahiran, belajar mandiri, dan belajar melepas.
Setelah beasiswa didapat, mulailah fase berikutnya: mencari universitas dan negara tujuan. Kami tentu mempertimbangkan banyak hal, terutama kami memilih kota-kota yang ramah untuk keluarga muda dengan anak kecil seperti Arga.
Lucunya, nama Sheffield muncul tanpa aku tahu pasti kota seperti apa itu, ya karena memang nggak sefamiliar London atau Manchester. Tapi entah kenapa, begitu dengar nama itu, aku langsung googling sampai akhirnya menemukan buku berjudul ”Sheffield Stories”, kumpulan tulisan orang-orang Indonesia yang pernah tinggal di sana. Padahal belum tentu kami akan ke sana—karena Ayah Arga masih dalam proses seleksi universitas, tapi aku nekat beli bukunya. Mungkin sebagai bentuk sugesti positif, atau mungkin memang ada perasaan ‘klik’ sejak awal.

Dan ternyata… Ayah Arga diterima di University of Sheffield. Alhamdulillah…
Perjalanan pindahan tentu nggak mudah. Apalagi dengan urusan visa yang mengharuskan kami bolak-balik Baubau–Jakarta. Tapi, here we are now. Menjalani hidup baru yang bahkan nggak pernah ada dalam bayanganku setahun yang lalu.
“Kadang keputusan besar datang dari keberanian kecil yang pelan-pelan kita kumpulkan. Terima kasih untuk semua proses—dan untuk diriku sendiri yang mau diajak jalan sejauh ini.”
Leave a comment