
Tanggal 11 November 2025 jadi hari bersejarah dalam petualangan keluarga kecil kami, terutama buat Arga. It was his first day of school. His very first ever school experience. Yaa, sebelum pindah ke sini, Arga memang belum pernah sekolah formal. Di Indonesia, aku dan suami memutuskan untuk belum memasukkannya ke sekolah β keputusan yang sempat mengundang banyak pertanyaan karena teman-teman sepantaran Arga udah pada sekolah pre-school ataupun TK.
Kami memang berencana Arga akan mulai sekolah di usia 5 tahun, yaitu masuk di tahun ajaran Juli 2025. Tapi karena awal tahun kemarin tiba-tiba muncul rencana baru kepindahan kami ke luar negeri, yang pada waktu itu masih belum tau ke mana, tapi menurut hitungan kami akan berangkat paling lambat bulan September. Jadi dengan pertimbangan itu, rencana menyekolahkan Arga ditunda dulu, karena rasanya akan terlalu melelahkan untuk anak seusianya harus berpindah sekolah dan memulai adaptasi lagi hanya dalam waktu yang singkat.
Kembali ke hari pertamanya sekolah, happy, excited, penasaran, nervous, takut, deg-degan, campur aduk rasanya. Nggak cuma Arga yang ngerasain, tapi aku juga. Aku dan Arga yang biasa bersama 24/7 sekarang harus terpisah beberapa jam. Jam sekolah di sini dimulai pukul 08.40 dan berakhir pukul 15.15, dengan 2x break time. Pasti terasa cukup berat buat Arga memulai rutinitas yang baru.
Untuk hari pertamanya Arga request mau diantar dan dijemput lengkap oleh mama dan ayahnya. Jarak sekolah Arga agak jauh dari rumah β 20 menit berjalan kaki dan jalannya agak menanjak. Sepanjang jalan Arga mengeluh takut sekolah, tapi kami terus kasih pengertian dan semangatin Arga. Sampai di sekolah, orang tua cuma boleh mengantar aja, ngga boleh menunggu di sekolah meskipun itu hari pertama anaknya sekolah.
Arga satu-satunya anak Indonesia yang bersekolah di sana. Mikirin gimana Arga ngejalanin harinya di sekolah bikin aku mules. Gimana nggak? Ngebayangin dia ada di situasi yang bukan cuma baru, tapi benar-benar asing. Pasti dia belum ngerti orang ngomong apa, dan orang juga nggak ngerti kalo Arga ngomong. Aku pasrah kalo emang hari itu Arga nangis terus di sekolah.
Hari itu aku bawain Arga bekal onigiri nasi abon dan telur puyuh, buat jaga-jaga kalo dia ngga mau makan menu dari sekolah. Maklum, Arga agak picky eater dengan lidah Indonesia banget yang biasa makan nasi. Sementara menu dari sekolah kalo ngga sandwich, pizza, pasta, roasted potato β bukan selera Arga banget.

Tiba saatnya jemput sekolah, aku udah siap kalo gurunya bilang ”he is crying all day”. Tapi ternyata pas keluar kelas, dia terlihat baik-baik saja, mukanya juga happy-happy aja. Malah jadi aku yang pengen menitikkan air mata β terharu ternyata Arga udah gede dan bisa mandiri.
Hari pertama yang mulus, belum tentu hari-hari berikutnya berjalan tanpa drama. Ada kalanya setiap hari dia nangis dari malam mau tidur sampai saat berangkat ke sekolah, sampai aku nggak tega ninggalin dia di sekolah. Tapi ada kalanya juga sepulang sekolah dia semangat cerita keseruan di sekolah tadi. Dan ada juga momen gurunya bilang ”He was doing great today’‘.
Entah sampai kapan akan ada drama tangisan dan pelukam erat di pagi hari. Yang jelas aku bersyukur Arga sudah memulai perjalanannya. Proses ibi mungkin ngga mudah buat Arga, tapi aku selalu berusaha untuk memvalidasi setiap bentuk perasaannya, apapun itu. Dan aku akan terus ada di sampingnya sebagai tempat pulang yang selalu siap mendengar semua ceritanya sepulang sekolah.
Leave a comment