Sebagai orangtua, kita sering banget terjebak dalam perbandingan. Apalagi sekarang, milestone anak bisa muncul di mana-mana—dari obrolan grup WhatsApp sampai postingan Instagram. Rasanya jadi insecure sendiri, apalagi kalau anak kita belum mencapai hal yang “seharusnya” udah bisa. Sering banget jadi ketrigger karena lihat postingan orang lain yang anaknya seumuran apalagi di bawah Arga dan udah bisa hal-hal yang Arga belum bisa.
Tapi makin ke sini, aku belajar satu hal: semua anak punya waktunya masing-masing. Dan itu nggak apa-apa.
Dulu Arga sempat agak telat ngomong. Nggak sampai speech delay sih, cuma belum sesuai milestone usianya aja. Tapi begitu mulai ngomong, langsung lancar dan jadi cerewet banget. Kata-kata yang dia tau juga banyak banget. Ternyata dia cuma butuh waktu.
Toilet training? Hmm jatuh bangun. Aku baru mulai saat Arga umur tiga tahunan, dan ternyata prosesnya ngga bisa instan. Tapi pelan-pelan, tanpa aku sadari, tiba-tiba dia udah berhenti ngompol.
Makan sendiri juga begitu. Sampai sekarang masih suka disuapin, sementara anak-anak lain udah bisa makan sendiri dari usia dua tahun. Awalnya aku sempat khawatir gimana kalo dia di sekolah, tapi ternyata dia bisa. Bahkan karena juara makannya jadi dapat reward sticker dari gurunya.
Dari semua itu, aku belajar: semua ini adalah proses dan semua ini cuma soal waktu. Bukan kita yang menentukan kapan anak harus bisa ini-itu, tapi mereka tau kapan mereka siap. Tugas kita bukan untuk memaksa dan memburu-buru anak, tapi membersamai, mendampingi, dan percaya bahwa mereka akan sampai juga pada waktunya.
Anak bukanlah proyek cepat-cepatan lulus milestone. Mereka adalah manusia kecil dengan ritmenya sendiri, dan itu fine-fine aja.
Jadi buat orangtua yang mungkin sedang merasa tertinggal: tarik napas sebentar yuk. Kamu dan anakmu sedang berjalan di jalur kalian sendiri. Dan itu cukup. Pastikan mereka merasa aman dan didukung, sampai akhirnya mereka bisa bilang, “Aku siap.”
Leave a comment